Tanda sakitnya hati adalah berpalingnya dia dari makanan bergizi yang bermanfaat

  • 0

Tanda sakitnya hati adalah berpalingnya dia dari makanan bergizi yang bermanfaat kepada makanan yang berbahaya, dan berpalingnya dia dari obat yang bermanfaat kepada obat yang berbahaya.

Disini ada empat perkara; makanan yang bergizi dan obat yang menyembuhkan, serta makanan yang berbahaya dan obat yang membinasakan.

Hati yang sehat akan selalu memilih yang bermanfaat dan menyembuhkan daripada yang berbahaya dan menyakitkan; sementara hati yang sakit justru sebaliknya.

Makanan yang paling bermanfaat adalah makanan iman, dan obat yang paling bermanfaat adalah obat al-Quran. Siapa yang mencari kesembuhan pada selain al-Kitab dan as-Sunnah, maka dia termasuk orang yang paling bodoh dan orang yang paling sesat. Karena sungguh Allah Ta'ala berfirman :

"Katakanlah : Al-Quran itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka." [terjemah QS. Fushshilat : 44]

"Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." [terjemah QS. Al Isra' : 82]

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." [terjemah QS. Yunus : 57]

Al-Quran adalah penyembuh yang sempurna dari semua penyakit-penyakit hati dan badan. Jika seorang yang sakit melakukan pengobatannya dengan baik, menaruhnya pada penyakitnya dengan penuh kejujuran, keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kokoh dan memenuhi syarat-syaratnya; penyakit itu tidak akan mampu untuk bangkit. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan bangkit melawan kalam Rabb pemilik langit dan bumi, yang seandainya kalam tersebut turun kepada gunung, niscaya dia akan menghancurkannya?!

Maka, tidak tersisa dari satu penyakit dari penyakit-penyakit hati dan badan, melainkan pada al-Quran ada petunjuk kepada obatnya bagi orang yang dianugerahkan Allah pemahaman tentang Kitab-Nya.

@ Kutipan dari Syarh al 'Aqîdah ath Thahâwiyah, Imam Ibnu Abil 'Izz rahimahullahu

Beratnya menjadi lelaki...

  • 0



Lelaki bujang menanggung dosa sendiri apabila sudah baligh manakala dosa gadis bujang ditanggung oleh bapanya. Lelaki berkahwin menanggung dosa sendiri, dosa isteri, dosa anak perempuan yang belum berkahwin dan dosa anak lelaki yang belum baligh. BERATKAN???
Hukum menjelaskan anak lelaki bertanggungjawab ke atas ibunya dan sekiranya dia tidak menjalankan tanggung jawabnya, maka dosa baginya terutama anak lelaki yang tua.Berlainan kepada perempuan , perempuan hanya perlu taat kepada suaminya. Sekiranya seorang isteri berbuat baik kepada suaminya maka pahala akan dapat kepadanya dan jikalau berbuat yang tidak baik dosanya ditanggung oleh suaminya. BERATKAN??

Kembalilah kita kepada suatu amaran luar biasa seorang Nabi:

“Diperlihatkan kepadaku Neraka, sesungguhnya kebanyakan penghuninya adalah wanita, mereka itu mengkufuri”. Lalu Baginda SAW ditanya: apakah mereka itu mengkufuri Allah? Rasulullah SAW menjawab, “mereka itu mengkufuri suami (atau nikmat-nikmat berumahtangga), dan mereka mengkufuri Ihsan. Apabila kamu melakukan kebaikan kepada salah seorang daripada mereka sepanjang tahun, tetapi kemudiannya dia melihat sesuatu yang tidak kena padamu, nescaya dia akan berkata (kepada suaminya): aku tidak nampak satu apa pun kebaikan padamu!”

[hadith riwayat al-Bukhari]

Ia bukan hadith yang memberi maksud bahawa wanita itu tempatnya di Neraka. Naudhubillah… Kita tidak ke Syurga atau Neraka kerana jantina.Justeru hadith ini bukan kenyataan Nabi sallallaahu ‘alayhi wa sallam tentang Syariatullah.Sebaliknya ia merupakan indikasi baginda tentang sesuatu yang bersangkutan dengan Sunnatullah.Tentang kecenderungan perlakuan kaum perempuan yang mudah mengkufuri nikmat berumahtangga.Hadith yang menjawab tanda tanya sang suami itu tadi.Suami berlaku baik kepada sang isteri sepanjang tahun. Namun tatkala ada sesuatu yang tidak kena dilakukan oleh seorang suami, mudah sekali seorang isteri berkata kepada suaminya, “aku tidak nampak satu apa pun kebaikan padamu!”

Perlakuan seperti ini diungkapkan oleh Nabi sallallaahu ‘alayhi wa sallam sebagai berkait rapat dengan wanita, merujuk kepada kebiasaan dan mudahnya wanita terjerumus kepada tindak tanduk seperti ini. Ia harus diambil sebagai peringatan, bukan hukuman atau keputusan.Perbuatan menafikan kebaikan suami digelar sebagai kufr al-’asyeer iaitu kufur terhadap nikmat di dalam rumahtangga. Ia dikategorikan oleh al-Imam al-Bukhari sebagai “Bab Kufur Kepada Suami, dan Kufur Yang Bukan Kufur” iaitu tajuk kepada hadith ini di dalam Kitab al-Imaan.